Selasa, 02 April 2013

Adakah Pelangi Setelah Hujan ? (1)


Risa suka melihat Rika tertawa, tapi Risa tidak suka saat melihat bahagia itu karna penderitaan orang lain. Meskipun Rika selalu melimpahkan semua kesalahannya pada Risa, Risa tidak akan marah padanya. Sama seperti saat ini.
Risa harus duduk di hadapan dosen dan mendengarkan ceramah selama 1 jam karna tidak menyelesaikan tugas lagi. Dan orang yang seharusnya duduk di tempat itu adalah Rika.
Mereka adalah saudara kembar, kembar identik, sampai tidak ada seorang pun yang dapat membedakan penampilan fisik mereka. Hanya sifatlah yang membuat mereka berbeda. Risa selalu sabar dalam menghadapi Rika, meskipun Rika selalu menyakitinya sedemikian rupa.
***
"Van, aku balik duluan ya" 
"Kok cepat banget Ris, kita kan masih ada 1 kelas lagi. Kamu sakit ya Ris?" Tanya Vani menyelidik.
"Kurang enak badan aja kok Van" Sebenarnya perasaanku yang gak enak, batin Risa.
Randi yang dari tadi memperhatikan kedua sahabat itu, mencoba menawarkan diri "Aku antar kamu pulang ya Ris"
“Gak usah Ran, aku bisa pulang sendiri kok" Risa yang terkejut mencoba untuk menolak tawaran Randi.
"Jangan Van, nanti kalo ada apa-apa di jalan gimana. Lagian Sigit kan belum tentu bisa antar kamu sekarang" sambil mengedipkan mata ke arah Randi.
"Aku masih bisa pulang sendiri kok Van, gak usah repotin Randi" Tolak Risa.
"Gak  repot kok, kan aku yang nawarin diri buat anter kamu"
"Tuh kan Ris, Randi aja gak ngerasa di repotin. Ya udah Ran, ini tas kamu, dan antar Risa sampai di rumah dengan selamat" Vani membereskan Tas Randi dan mendorong mereka keluar kelas.
***
Hari ini Risa benar-benar gak enak badan. Bukan cuma badannya, tapi juga perasaanya. Gak tau kenapa akhir-akhir ini Sigit susah untuk di hubungi.
Sigit memang tunangan Risa, tapi hubungan mereka sekarang sudah gak seperti dulu lagi. Sekarang dia lebih suka membatalkan janji pertemuannya dengan Risa, tapi Risa gak pernah marah. Dia selalu mengerti apapun alasan yang Sigit buat.
Seharian ini Sigit gak ada kabar, dan itu membuat Risa cemas
***
"Kamu baik-baik aja Ris ?" Suara Randi membuat Risa sadar dari lamunannya.
Sepanjang perjalanan Risa hanya diam dan asyik dalam lamunannya sendiri. Sampai tidak menyadari kehadiran Randi di sampingnya. Randi memutuskan untuk menepikan mobilnya di pinggir jalan.
"Ris kamu gak papa?" Genggaman tangan Randi di jemarinya membuatnya terkejut.
"A..aku baik-baik aja kok" Jawab Risa. Tatapannya langsung tertuju di mata Randi yang kelihatannya cemas dengan kondisi Risa. Mata hijau yang memandangnya sekarang membuat jantungnya tiba-tiba berdetak tak teratur.
"Kita ke dokter aja ya" pinta Randi.
"Nggak usah Ran, makasih banyak, tapi aku baik-baik aja, beneran. Aku cuma gak enak badan dikit kok"
Randi menatap wajah Risa dalam-dalam, mencoba mencari kebenaran dari jawaban Risa.
"Tapi tangan kamu dingin Ris"
Risa langsung menarik tangannya yang sedari tadi ada dalam genggaman Randi. Dia lupa kalo Randi masih menggenggam jemarinya. Risa mencoba mencari alasan "Mungkin ini cuma pengaruh ac mobil".
"Maaf, ac nya terlalu dingin ya?" Randi lalu menurunkan temperatur ac mobilnya.
Risa tersenyum melihat sikap Randi. Pria ini jelas sangat khawatir padanya.
Randi berbalik kembali ke arah Risa "Gimana Ris, masih dingin?"
"Sudah nggak kok"
"Kamu lagi ada masalah ya Ris?" Risa hanya menjawab dengan gelengan kepala.
"Akhir-akhir ini aku lihat kamu lebih banyak melamun, apa kamu memikirkan Rika, atau Sigit ?"
Apa...Randi memperhatikannya? Risa gak sadar kalo di perhatikan.
 Risa menatap Randi dengan pandangan menyelidik. Randi mengerti arti tatapan Risa dan mulai salah tingkah, dia mencoba mencari alasan "Mmm...kamu memang agak berbeda akhir-akhir ini, dan semua orang bisa melihat itu. Bukan cuma aku Ris"
Risa mencoba berpikir untuk menjawab pertanyaan Randi. Iya, Risa memang lagi memikirkan mereka berdua. Rika yang sudah jarang masuk kampus, dan Sigit yang tidak seperti dulu lagi.
"Mungkin karena tugas-tugas kuliah aja yang semakin banyak, makanya aku kurang semangat. Kita jalan aja ya"
Randi melanjutkan perjalanan kembali. 
Aku tau kamu bohong Ris, tapi aku gak akan nyerah, batin Randi.
***
Sesampainya di rumah Risa, dia ingin menolak ajakan Randi yang ingin mengantar nya sampai ke dalam rumah. Tapi permintaan tulus Randi membuat hatinya luluh. Randi tidak ingin terjadi apa-apa terhadap Risa.
Pintu rumah tidak terkunci. Risa agak heran, biasanya dia selalu menguci semua pintu dan jendela sebelum berangkat ke kampus, jadi gak mungkin kalo pintu bisa terbuka sendiri. Kecuali kalo terjadi sesuatu di dalam rumah, pikir Risa. Dia mulai mengecek gagang pintu, dan semua nya baik-baik saja, tidak ada yang rusak atau pun lecet.
Mungkin Rika sudah di rumah, batin Risa.
Randi mengikuti arah pandangan Risa, dan menyadari apa yang sedang di pikirkan Risa.
Dia lalu bersikap waspada, menarik pergelangan tangan Risa, hingga membuatnya berdiri di depan membelakangi Risa.
Randi membuka pintu perlahan, dan saat pintu terbuka lebar, suasana tiba-tiba hening.