Virsya > Hore, akhirnya aku diterima, gak percuma aku nembak cowok, ternyata di terima, tapi kok aneh ya, rasanya gampang banget.
Varshal > Kan situ nembak, jadi ku terima donk, memangnya mau kalo di tolak ?
Virsya > Nggak sih, akhirnya aku bisa jadian sama kak Varas.
Varshal > Aku Varshal, bukan Varas *pura-pura cuek
Virsya > Astaganaga-naga aku salah orang. Siapapun tolong sembunyikan aku sekarang *lalu ngibrit kembali ke kelas.
Varas > Namanya juga belum jodoh *puk-puk bahu Varshal.
Varshal > Dia cuma belum tau kalau aku jodohnya *menatap ke depan dengan berbinar-binar *beralih menatap Varas.
Jangan-jangan kamu juga !@#$%^& *memandang Varas dengan tatapan sinis.
Vares > Kenapa bukan aku yang di tembak *tertunduk lesu.
Varshal > Kamu jangan macam-macam *sambil memberikan tatapan laser.
Sarah > Sabar Ca, mungkin ini bukan hari keberuntunganmu
Vika > Iya Ca, masih ada lain waktu kok
Virsya > Uwaaaaaaaaa kenapa juga mereka harus kembar huhuhu...*nangis histeris *peras lap ke dalam ember *lanjut ngepel lantai
Sarah-Vika > Saling bertatapan dalam diam.
3 Saudara Kembar. 3 ujian. 2 diantaranya adalah cobaan, karna hanya 1 yang kan terpilih.
Happy reading.
all about life
Kamis, 27 Februari 2014
Selasa, 02 April 2013
Adakah Pelangi Setelah Hujan ? (1)
Risa suka melihat Rika tertawa, tapi Risa tidak
suka saat melihat bahagia itu karna penderitaan orang lain. Meskipun Rika
selalu melimpahkan semua kesalahannya pada Risa, Risa tidak akan marah padanya.
Sama seperti saat ini.
Risa harus duduk di hadapan dosen dan mendengarkan
ceramah selama 1 jam karna tidak menyelesaikan tugas lagi. Dan orang yang
seharusnya duduk di tempat itu adalah Rika.
Mereka adalah saudara kembar, kembar identik,
sampai tidak ada seorang pun yang dapat membedakan penampilan fisik mereka.
Hanya sifatlah yang membuat mereka berbeda. Risa selalu sabar dalam menghadapi
Rika, meskipun Rika selalu menyakitinya sedemikian rupa.
***
"Van, aku balik duluan ya"
"Kok cepat banget Ris, kita kan masih ada 1
kelas lagi. Kamu sakit ya Ris?" Tanya Vani menyelidik.
"Kurang enak badan aja kok Van" Sebenarnya
perasaanku yang gak enak, batin Risa.
Randi yang dari tadi memperhatikan kedua sahabat
itu, mencoba menawarkan diri "Aku antar kamu pulang ya Ris"
“Gak usah Ran, aku bisa pulang sendiri kok" Risa
yang terkejut mencoba untuk menolak tawaran Randi.
"Jangan Van, nanti kalo ada apa-apa di jalan
gimana. Lagian Sigit kan belum tentu bisa antar kamu sekarang" sambil
mengedipkan mata ke arah Randi.
"Aku masih bisa pulang sendiri kok Van, gak
usah repotin Randi" Tolak Risa.
"Gak
repot kok, kan aku yang nawarin diri buat anter kamu"
"Tuh kan Ris, Randi aja gak ngerasa di
repotin. Ya udah Ran, ini tas kamu, dan antar Risa sampai di rumah dengan
selamat" Vani membereskan Tas Randi dan mendorong mereka keluar kelas.
***
Hari ini Risa benar-benar gak enak badan. Bukan
cuma badannya, tapi juga perasaanya. Gak tau kenapa akhir-akhir ini Sigit susah
untuk di hubungi.
Sigit memang tunangan Risa, tapi hubungan mereka
sekarang sudah gak seperti dulu lagi. Sekarang dia lebih suka membatalkan janji
pertemuannya dengan Risa, tapi Risa gak pernah marah. Dia selalu mengerti
apapun alasan yang Sigit buat.
Seharian ini Sigit gak ada kabar, dan itu membuat
Risa cemas
***
"Kamu baik-baik aja Ris ?" Suara Randi
membuat Risa sadar dari lamunannya.
Sepanjang perjalanan Risa hanya diam dan asyik
dalam lamunannya sendiri. Sampai tidak menyadari kehadiran Randi di sampingnya.
Randi memutuskan untuk menepikan mobilnya di pinggir jalan.
"Ris kamu gak papa?" Genggaman tangan
Randi di jemarinya membuatnya terkejut.
"A..aku baik-baik aja kok" Jawab Risa.
Tatapannya langsung tertuju di mata Randi yang kelihatannya cemas dengan
kondisi Risa. Mata hijau yang memandangnya sekarang membuat jantungnya
tiba-tiba berdetak tak teratur.
"Kita ke dokter aja ya" pinta Randi.
"Nggak usah Ran, makasih banyak, tapi aku
baik-baik aja, beneran. Aku cuma gak enak badan dikit kok"
Randi menatap wajah Risa dalam-dalam, mencoba
mencari kebenaran dari jawaban Risa.
"Tapi tangan kamu dingin Ris"
Risa langsung menarik tangannya yang sedari tadi
ada dalam genggaman Randi. Dia lupa kalo Randi masih menggenggam jemarinya.
Risa mencoba mencari alasan "Mungkin ini cuma pengaruh ac mobil".
"Maaf, ac nya terlalu dingin ya?" Randi
lalu menurunkan temperatur ac mobilnya.
Risa tersenyum melihat sikap Randi. Pria ini jelas
sangat khawatir padanya.
Randi berbalik kembali ke arah Risa "Gimana
Ris, masih dingin?"
"Sudah nggak kok"
"Kamu lagi ada masalah ya Ris?" Risa
hanya menjawab dengan gelengan kepala.
"Akhir-akhir ini aku lihat kamu lebih banyak
melamun, apa kamu memikirkan Rika, atau Sigit ?"
Apa...Randi memperhatikannya? Risa gak sadar kalo
di perhatikan.
Risa menatap
Randi dengan pandangan menyelidik. Randi mengerti arti tatapan Risa dan mulai
salah tingkah, dia mencoba mencari alasan "Mmm...kamu memang agak berbeda
akhir-akhir ini, dan semua orang bisa melihat itu. Bukan cuma aku Ris"
Risa mencoba berpikir untuk menjawab pertanyaan
Randi. Iya, Risa memang lagi memikirkan mereka berdua. Rika yang sudah jarang
masuk kampus, dan Sigit yang tidak seperti dulu lagi.
"Mungkin karena tugas-tugas kuliah aja yang
semakin banyak, makanya aku kurang semangat. Kita jalan aja ya"
Randi melanjutkan perjalanan kembali.
Aku tau kamu bohong Ris, tapi aku gak akan
nyerah, batin Randi.
***
Sesampainya di rumah Risa, dia ingin menolak
ajakan Randi yang ingin mengantar nya sampai ke dalam rumah. Tapi permintaan
tulus Randi membuat hatinya luluh. Randi tidak ingin terjadi apa-apa terhadap
Risa.
Pintu rumah tidak terkunci. Risa agak heran,
biasanya dia selalu menguci semua pintu dan jendela sebelum berangkat ke
kampus, jadi gak mungkin kalo pintu bisa terbuka sendiri. Kecuali kalo terjadi
sesuatu di dalam rumah, pikir Risa. Dia mulai mengecek gagang pintu, dan semua
nya baik-baik saja, tidak ada yang rusak atau pun lecet.
Mungkin Rika sudah di rumah, batin
Risa.
Randi mengikuti arah pandangan Risa, dan menyadari
apa yang sedang di pikirkan Risa.
Dia lalu bersikap waspada, menarik pergelangan
tangan Risa, hingga membuatnya berdiri di depan membelakangi Risa.
Randi membuka pintu perlahan, dan saat pintu
terbuka lebar, suasana tiba-tiba hening.
Rabu, 20 Maret 2013
Kartu Perdana
Boring, Risma bikin masalah lagi.
Si Risma, salah satu admin di tempat kerjaku, dapat jatah mengawasi barang yang keluar dari gudang.
Si Awal, salah satu pegawai bagian distribusi, tugasnya menyiapkan barang, packing barag, bahkan sampai harus mengantar barang itu langsung ke dealer-dealer langganan. Maklum kekurangan supir. Jadi merangkap deh.
Awal lagi siapin kartu perdana 50pcs, buat di antar. Risma bagian ngecek barang sudah cocok atau belum.
Begitu selesai di hitung.
Risma : Kartunya lebih satu nih.
Awal : Masa sih?
Bos Awal : Gak mungkin Risma, saya tadi yang siapkan untuk awal, nanti kalo kurang kamu yang tanggung lho.
Saya : .... (cuma jadi pendengar sambil tetap kerja)
Risma : Sudah saya hitung kak, kartunya memang lebih 1.
Awal : Pasti kamu salah hitung tuh.
Risma : Ya sudah kalo tidak percaya. Sini ku hitung lagi.
Akhirnya dengan lantang si Risma hitung ulang lagi tuh kartu perdana.
1,2,3,4,5,6,7,8,9,10
Risma : Bener kan.
Berikutya 11,12,13,14,15,16,17,18,19,20
Saya : ....(masih ikut mendengar)
21,22,23,24,25,26,27,28,29,30
Hitungannya masih lancar.
Saya : ....(ambil gelas, minum air, masih mendengarkan)
31,32,34 ups
Puffffttttt......
Saya : ....(semua air yang kuminum tersembur keluar, untung gak lewat hidung)
Semua mata langsung berbalik menghadapnya. Semua yang mendengar otomatis ngakak.
Habisnya sudah dengan Pede menghitung, suara lantang, eh keselip tuh 1
Awal : Pantesan lebih, dari 32 ke 34 jadi nya ya kurang 1 hitungannya.
Hehehehe,,,,
Si Risma, salah satu admin di tempat kerjaku, dapat jatah mengawasi barang yang keluar dari gudang.
Si Awal, salah satu pegawai bagian distribusi, tugasnya menyiapkan barang, packing barag, bahkan sampai harus mengantar barang itu langsung ke dealer-dealer langganan. Maklum kekurangan supir. Jadi merangkap deh.
Awal lagi siapin kartu perdana 50pcs, buat di antar. Risma bagian ngecek barang sudah cocok atau belum.
Begitu selesai di hitung.
Risma : Kartunya lebih satu nih.
Awal : Masa sih?
Bos Awal : Gak mungkin Risma, saya tadi yang siapkan untuk awal, nanti kalo kurang kamu yang tanggung lho.
Saya : .... (cuma jadi pendengar sambil tetap kerja)
Risma : Sudah saya hitung kak, kartunya memang lebih 1.
Awal : Pasti kamu salah hitung tuh.
Risma : Ya sudah kalo tidak percaya. Sini ku hitung lagi.
Akhirnya dengan lantang si Risma hitung ulang lagi tuh kartu perdana.
1,2,3,4,5,6,7,8,9,10
Risma : Bener kan.
Berikutya 11,12,13,14,15,16,17,18,19,20
Saya : ....(masih ikut mendengar)
21,22,23,24,25,26,27,28,29,30
Hitungannya masih lancar.
Saya : ....(ambil gelas, minum air, masih mendengarkan)
31,32,34 ups
Puffffttttt......
Saya : ....(semua air yang kuminum tersembur keluar, untung gak lewat hidung)
Semua mata langsung berbalik menghadapnya. Semua yang mendengar otomatis ngakak.
Habisnya sudah dengan Pede menghitung, suara lantang, eh keselip tuh 1
Awal : Pantesan lebih, dari 32 ke 34 jadi nya ya kurang 1 hitungannya.
Hehehehe,,,,
Rabu, 27 Februari 2013
Dalam Kenangan Bram
I’m so lonely broken angel
I’m so lonely listen to my heart
On n’ lonley, broken angel
Come n’ save me before i fall apart
Tidak bosan aku melihat mu, memandang
wajahmu, senyummu, caramu tertawa, semuanya terasa indah, dan aku tidak akan
pernah bosan.
Semua kenangan kita, tidak akan
bisa ku hilangkan dari pikiranku, meskipun hanya fotomu yang saat ini ku
pandang. Aku rindu padamu Bram, aku sungguh merindukanmu.
Aku mencoba memejamkan mata, tapi
suara pintu yang terbuka membangunkanku.
“Sayang…kami pulang”
Suara Dani membawaku kembali ke
alam nyata. Aku bangun dari khayalanku dan berdiri menatapnya. Sambil memeluk Jimmy
anak kami, dia masih tertegun di depan pintu, melihatku yang tampak kacau,
dengan lembaran-lembaran foto yang berserakan di mana-mana.
Aku merasa bersalah ??? tidak, saat
ini pun aku masih bisa merasakan pelukan Bram, kelembutan Bram, cinta Bram, dan
semua kenangan kami.
***
Kehidupan kami berjalan seperti
biasa. Hidup dengan pikiran masing-masing.
Aku menatap ke jendela, melihat
pohon-pohon yang ada di taman sambil menempelkan telapak tanganku pada kaca. Aku tau saat
ini kau sedang berada di luar sana. Tapi
aku juga tau, kau akan selalu menemaniku.
Dani dan Jimmy sedang asyik bermain
game di ruang keluarga. Aku tau saat ini Dani pasti memperhatikan ku. Aku bisa
melihat pantulan wajahnya di kaca jendela yang saat ini ku tatap. Sesekali dia
berbalik ke arahku, mungkin untuk memastikan apa aku masih ada di sini. Aku
tidak tahu apa yang selama ini dia pikirkan. Dia sangat sabar dalam
mengahadapiku. Tapi apa yang bisa ku lakukan???
Akhirnya aku memutuskan bergabung
bersama mereka.
***
Hari –hari berlalu seperti biasa. Dan
semakin lama waktu berputar, semakin sakit perasaanku. Kehidupan yang sudah ku jalani bertahun-tahun, belum pernah berubah sampai sekarang.
Semua kenangan
tentangmu, tidak bisa ku hilangkan. Dan sekarang aku hanya bisa menangis.
Menangisi perasaanku. Dinginnya pancuran air yang membasahiku, tidak sebanding
dengan sakitnya hati ini.
“Kenapa kau tidak membawaku saja
bersamamu Bram!!!”teriakku.
Apa dia tidak tahu bagaiman
perasaanku selama ini. Aku menjerit dan
menangis di bawah guyuran shower. Aku tidak bisa begini terus. Aku punya
keluarga. Aku punya suami dan anak. Hidup bersama suami yang tidak pernah lelah
merawatku, meski cintaku bukan untuknya. Putraku yang tidak tahu apa-apa
tentang orangtuanya. Rasanya tidak adil. Aku tidak bisa begini terus.
***
Aku berjalan keluar dari kamar
mandi, melangkah menuju dapur. Dengan air mata yang masih mengalir, dan dengan
kenanganmu.
Dani bersama Jimmy sedang
mempersiapkan makan siang kami. Aku melewati mereka tanpa berpaling sedikitpun.
Aku melangkah keluar menuju pintu, mengabaikan teguran Dani dan segala
kata-katanya untuk menahanku. Tapi kali ini dia tidak bisa menahanku. Aku harus
menyelesaikan semuanya.
Aku berjalan menuju mobil sambil
memeluk diriku. Aku tidak bisa menyimpan semua ini sendiri.
Saat aku naik ke mobil, Dani
berusaha mengejarku. Tapi terlambat, aku sudah meninggalkannya.
Sepanjang perjalanan hanya wajahmu
yang ada di pikiranku. Mengapa kau meninggalkanku sendiri di sini. Dan hanya
kenanganmu yang kau tinggalkan. Aku tidak lagi seperti dulu. Aku malaikat yang
hancur. Aku tidak bisa menanggung ini sendiri.
Aku mengendarai mobil menuju
jurang, lalu memrkirkannya. Aku melangkah keluar sambil membawa kotak kenangan
kita. Ya…semua benda kenangan kita, dan semua foto tentang kita. Hanya ini yang
ku punya darimu.
Aku berdiri di pinggir jurang
terjal sambil tetap menangis. Aku membuka kotak yang berisi kenangan kita,
kutatap pemandangan di bawah yang begitu curam. Dan kemudian, hal yang paling
membuatku sakit, tapi aku tau, mungkin dengan cara ini aku bisa hidup dengan
tenang.
Akhirnya, semua kenangan kita ku
lepaskan dari tangan ku. Semua nya bertebaran terbawa angin. Jatuh di
tempat-tempat dimana angin berhenti. Aku menangis melepaskan semua kenangan
kita. Semua kenangan yang harus aku lupakan.
Dani datang menyusulku. Dia menutup
tubuhku yang basah dengan jaketnya, kemudian memelukku yang masih tetap menangis di pinggir jurang.
Aku tidak bisa menyimpan semua ini
sendiri Bram. Aku merasa tidak adil terhadap Dani yang selalu sabar
menghadapiku. Mungkin ini jalan satu-satunya. Maaf bila aku membuang semua
kenangan kita.
Selamat tinggal Bram. Selamat
tinggal kenangan kita. Aku ingin kau bahagia di sana, tanpa terbebani dengan
harus memikirkanku.
Rabu, 20 Februari 2013
Fans
Kamu pernah bilang padaku, kalo aku tidak mempunyai rasa suka secara khusus terhadap apapun.
Misalnya seperti saat seseorang sangat menggilai sebuah barang, artis, film, atau lagu. Seperti para fans-fans yang sangat menyukai salah satu artis tertentu, yang bisa membuat fans itu mengejar, bahkan ingin memiliki apapun yang berhubungan dengan artis itu. Bahkan kalau bisa semua yang ada di sekitarnya harus berhubungan dengan artis tersebut. Tempel foto atau posternya dimana-mana. Dari kamar bahkan seisi rumahnya.
Seperti orang yang sangat menyukai suatu negara, sampai semua film, bahasa, lagu dan barang-barang khas negara tersebut dia ketahui dan miliki. Mungkin mereka akan puas saat memiliknya.
Tapi aku tidak bisa seperti mereka. Aku juga menyukai dan menggemari suatu hal, tapi hanya sebatas suka. Saat aku menyukai sebuah lagu, aku belum tentu suka semua lagu-lagu yang dia nyanyikan, bahkan mungkin aku belum tentu menyukai penyanyinya. Aku hanya menyukai sebatas lagu yang ku suka saja.
Saat aku menyukai sebuah warna, aku hanya punya 1 atau 2 barang yang bisa ku jangkau dengan warna kesukaanku. Aku tidak perlu memenuhi semua ruangan di sekitarku dengan warna kesukaanku. Mungkin dengan melihat warna itu ada di tempat lain, aku sudah cukup merasa senang. Untungnya aku suka warna hijau. Cukup dengan melihat pohon-pohon yang ada di jalan pun sudah membuatku merasa senang.
Tapi terhadapmu, andaikan kamu adalah seorang artis, mungkin aku sudah menjadi salah 1 fans terberatmu. Aku tidak terlalu suka mengagumi suatu hal secara berlebihan. Tetapi entah kenapa engkau bisa membuatku jadi mengagumimu. Tutur katamu yang lembut, perhatianmu, dan caramu menghormati orang lain adalah beberapa hal yang dapat membuat orang lain menyukaimu. Mungkin itu juga beberapa dari sekian banyak yang ada pada dirimu yang membuatmu memiliki banyak penggemar. Dan aku belajar menerima itu semua itu. Aku sudah menjadi salah satu fansmu, penggemarmu yang akan selalu meneriakkan namamu, mengagumi, dan memikirkanmu dari dulu, saat ini, dan selamanya.
VIERRA-KESEPIAN
Dimana kamu dimana, di sini, bukan
Kemana kamu kemana, ke sini, bukan
Katanya pergi sebentar, ternyata lama
Tahukah aku sendiri menunggu kamu
Jangan kau pergi lagi
Aku tak mau sendiri
Temani aku tuk sebentar saja
Agar aku tak kesepian
Katanya pergi sebentar, ternyata lama
Tahukah aku sendiri menunggu kamu
Jangan janji-janji terus
Aku tak mau kau bohong
Temani aku tuk sebentar saja
Agar aku tak kesepian
VIERRA-KESEPIAN
Kemana kamu kemana, ke sini, bukan
Katanya pergi sebentar, ternyata lama
Tahukah aku sendiri menunggu kamu
Jangan kau pergi lagi
Aku tak mau sendiri
Temani aku tuk sebentar saja
Agar aku tak kesepian
Katanya pergi sebentar, ternyata lama
Tahukah aku sendiri menunggu kamu
Jangan janji-janji terus
Aku tak mau kau bohong
Temani aku tuk sebentar saja
Agar aku tak kesepian
VIERRA-KESEPIAN
Selasa, 19 Februari 2013
Cerita Kecil
Aku menyukai semua temanku. Tapi aku hanya memiliki beberapa teman dekat. Aku kenal semua teman perempuanku, tapi yang paling dekat mungkin hanya sekitar 2-3 orang. Kalo untuk teman pria, sepertinya hampir semuanya dekat, mungkin karna aku termasuk anak yang tomboy. Tomboy nya hany dalam sikap aja, lebih suka bermain dengan anak laki-laki dari pada anak perempuan. Saat jam istirahat aku lebih suka mengikuti permainan anak laki-laki, seperti memanjat, menangkap ikan, atau lari-larian. Gak tau kenapa aku suka memanjat ya. Tiang listrik aja suka ku panjatin, sayang agak licin, jadi gak pernah sampai ke ujung hehehe....
"Daniaaa" Aku menatap ke bawah saat Sari memanggil-manggil namaku.
"Gimana daunnya ?? Kalo sudah banyak kamu turun aja, nanti jatuh lagi" Teriaknya sambil berpegangan pada pagar sekolahan.
"Iya, tunggu. Ini dah mau turun kok" Jawabku.
Untungnya nih pohon gak terlalu tinggi, jadi turunnya gak makan waktu lama, batinku.
Yah aku memang agak suka memanjat, termasuk pohon besar yang tumbuh di pinggiran pagar sekolahku, yang aku gak tau apa nama pohonnya. Yang jelas aku suka daunnya yang kecil-kecil itu, yang bisa di pakai untuk disebar-sebarkan saat menari. Upsss... hehehe...yap, aku memang agak tomboy, tapi aku termasuk salah satu anggota utama di grup tari tempatku bersekolah.
Pertama belajar tarian, sumpah susah banget. Saat tangan harus di buat jadi lemah gemulai, yang ada malah berleku-lekuk gak jelas.
Teguran yang paling sering ku dengar dari guru tariku, Bu Irma "Dania, tangannya harus gemulai, di lenturkan ya, jangan kaku"
Pas aku lirik jemari Bu Irma, gilaaaa...kok bisa ya tuh jari-jari melengkung gitu. Saking lenturnya tuh tangan, kalo di bengkokkan, ibu jarinya bisa sampai menyentuh telapak tangan.
Aku sampai berniat pengen punya jari-jari kayak Bu Irma. Alhasil, sampai sekarang mencoba ibu jariku tetap gak bisa menyentuh telapak tanganku hahaha.... Mungkin harus di patahin dulu ya baru bisa menyentuh telapak tangan, kayak nya seram hiiiii....
Biarlah jempol ku belum bisa menyamai jempol Bu Irma, yang jelas sekarang sudah bisa agak lemah gemulai kalau lagi nari hehehe...
***
"Dania, si Dian manis ya?" Sari tiba-tiba bertanya padaku.
Aku mengerutkan dahiku, mencoba berfikir "Umm, iya, dia manis"
Menurutku Dian yang paling manis. Wajahnya tenang, dan agak pendiam di banding anak lelaki lain di kelasku. Tapi aku cukup dekat dengannya.
"Kenapa tanya-tanya soal Dian? Suka ya?" Godaku.
Sari mulai salah tingkah dan mengalihkan pembicaraan. "Katanya si Ben suka sama kamu ya?"
Aku langsung tertawwa mendengar pertanyaannya. "Ben suka sama aku? aku juga suka sama dia. Bahkan aku juga suka sama Dian, sama Eko, si Gendut, dan"
"Stop-stop, bukan itu maksudku. Maksudku si Ben suka sama kamu"
"Ya iyalah dia suka sama aku, kalau nggak, dia pasti nggak mau main sama aku"
"Sudah ah, gak mau bahas lagi" Potongnya.
Kami pun kembali ke kelas dengan pikiran masing-masing.
Aku gak bohong kalau tadi aku bilang suka sama semuanya. Soalnya mereka semua menyenangkan.
Dian yang pendiam, tapi kalau kami bersama, dia tetap santai aja, meskipun jarang senyum kalo gak ada yang lucu. Sumpah senyumnya mahal banget, tapi aku lebih suka buat dia marah, alias jahilin dia. Habisnya dia manis sih hehehe....
Kalau si Ben, memang selalu ajak aku main, dan tidak ada anak cewek lain yang biasa dia ajak main. Dia agak dingin juga sih sama yang lain, dan cuma aku anak perempuan yang berani ajak dia bermain. Heran juga dia gak nolak. Dan soal dia suka sama aku, hmmm gak bisa nebak deh. Soalnya dia termasuk anak yang tampan menurutku.
Eko salah satu anak cowok yang paling dekat dengan aku, dan paling jahil. Dia sepertinya yang paling jelas kelihatan kalau suka sama aku, soalnya suka nempel dimana pun aku berada. Bahkan dia pernah bilang terang-terangan, kalu dia suka banget sama aku. Itu membuatku sampai harus bersembunyi di terowongan hanya untuk mendapatkan dia di ujung terowongan yang lain. Alhasil, jadinya malah main kejar-kejaran di dalam terowongan, dan di ikuti dengan anak-anak yang lain. Dan diantara mereka bertiga yang notabene bersahabat sesama cowok. Dia yang paling keren, apalagi orangnya ramai. Hanya saja, kenapa dia jadi yang paling usil ya.
Mungkin aku termasuk salah satu cewek beruntung saat itu karena bisa di kelilingi cowok-cowok cakep hehehe....
Hari-hari kembali berjalan seperti biasa, tanpa ada yang bisa meneruskan lebih jauh maksud dari rasa suka itu. Karena mungkin kami belum mengerti. Dan belum tahu harus bagaimana.
Sampai akhirnya kami terpisah, dan pergi dengan perasaan masing-masing.
Kami hanyalah anak-anak TK yang masih berusia 5 tahun. Kami hanya ingin lebih banyak berfikir tentang masa kecil yang bahagia. Dihabiskan dengan bermain dan tertawa. Bersyukur karena belum memikirkan masalah orang dewasa. Bersyukur karena mendapatkan pendidikan tentang anak-anak. Masih bisa mendengar lagu anak-anak. Masih bisa menonton siaran untuk anak-anak. Dan bermain permainan anak-anak.
"Daniaaa" Aku menatap ke bawah saat Sari memanggil-manggil namaku.
"Gimana daunnya ?? Kalo sudah banyak kamu turun aja, nanti jatuh lagi" Teriaknya sambil berpegangan pada pagar sekolahan.
"Iya, tunggu. Ini dah mau turun kok" Jawabku.
Untungnya nih pohon gak terlalu tinggi, jadi turunnya gak makan waktu lama, batinku.
Yah aku memang agak suka memanjat, termasuk pohon besar yang tumbuh di pinggiran pagar sekolahku, yang aku gak tau apa nama pohonnya. Yang jelas aku suka daunnya yang kecil-kecil itu, yang bisa di pakai untuk disebar-sebarkan saat menari. Upsss... hehehe...yap, aku memang agak tomboy, tapi aku termasuk salah satu anggota utama di grup tari tempatku bersekolah.
Pertama belajar tarian, sumpah susah banget. Saat tangan harus di buat jadi lemah gemulai, yang ada malah berleku-lekuk gak jelas.
Teguran yang paling sering ku dengar dari guru tariku, Bu Irma "Dania, tangannya harus gemulai, di lenturkan ya, jangan kaku"
Pas aku lirik jemari Bu Irma, gilaaaa...kok bisa ya tuh jari-jari melengkung gitu. Saking lenturnya tuh tangan, kalo di bengkokkan, ibu jarinya bisa sampai menyentuh telapak tangan.
Aku sampai berniat pengen punya jari-jari kayak Bu Irma. Alhasil, sampai sekarang mencoba ibu jariku tetap gak bisa menyentuh telapak tanganku hahaha.... Mungkin harus di patahin dulu ya baru bisa menyentuh telapak tangan, kayak nya seram hiiiii....
Biarlah jempol ku belum bisa menyamai jempol Bu Irma, yang jelas sekarang sudah bisa agak lemah gemulai kalau lagi nari hehehe...
***
"Dania, si Dian manis ya?" Sari tiba-tiba bertanya padaku.
Aku mengerutkan dahiku, mencoba berfikir "Umm, iya, dia manis"
Menurutku Dian yang paling manis. Wajahnya tenang, dan agak pendiam di banding anak lelaki lain di kelasku. Tapi aku cukup dekat dengannya.
"Kenapa tanya-tanya soal Dian? Suka ya?" Godaku.
Sari mulai salah tingkah dan mengalihkan pembicaraan. "Katanya si Ben suka sama kamu ya?"
Aku langsung tertawwa mendengar pertanyaannya. "Ben suka sama aku? aku juga suka sama dia. Bahkan aku juga suka sama Dian, sama Eko, si Gendut, dan"
"Stop-stop, bukan itu maksudku. Maksudku si Ben suka sama kamu"
"Ya iyalah dia suka sama aku, kalau nggak, dia pasti nggak mau main sama aku"
"Sudah ah, gak mau bahas lagi" Potongnya.
Kami pun kembali ke kelas dengan pikiran masing-masing.
Aku gak bohong kalau tadi aku bilang suka sama semuanya. Soalnya mereka semua menyenangkan.
Dian yang pendiam, tapi kalau kami bersama, dia tetap santai aja, meskipun jarang senyum kalo gak ada yang lucu. Sumpah senyumnya mahal banget, tapi aku lebih suka buat dia marah, alias jahilin dia. Habisnya dia manis sih hehehe....
Kalau si Ben, memang selalu ajak aku main, dan tidak ada anak cewek lain yang biasa dia ajak main. Dia agak dingin juga sih sama yang lain, dan cuma aku anak perempuan yang berani ajak dia bermain. Heran juga dia gak nolak. Dan soal dia suka sama aku, hmmm gak bisa nebak deh. Soalnya dia termasuk anak yang tampan menurutku.
Eko salah satu anak cowok yang paling dekat dengan aku, dan paling jahil. Dia sepertinya yang paling jelas kelihatan kalau suka sama aku, soalnya suka nempel dimana pun aku berada. Bahkan dia pernah bilang terang-terangan, kalu dia suka banget sama aku. Itu membuatku sampai harus bersembunyi di terowongan hanya untuk mendapatkan dia di ujung terowongan yang lain. Alhasil, jadinya malah main kejar-kejaran di dalam terowongan, dan di ikuti dengan anak-anak yang lain. Dan diantara mereka bertiga yang notabene bersahabat sesama cowok. Dia yang paling keren, apalagi orangnya ramai. Hanya saja, kenapa dia jadi yang paling usil ya.
Mungkin aku termasuk salah satu cewek beruntung saat itu karena bisa di kelilingi cowok-cowok cakep hehehe....
Hari-hari kembali berjalan seperti biasa, tanpa ada yang bisa meneruskan lebih jauh maksud dari rasa suka itu. Karena mungkin kami belum mengerti. Dan belum tahu harus bagaimana.
Sampai akhirnya kami terpisah, dan pergi dengan perasaan masing-masing.
Kami hanyalah anak-anak TK yang masih berusia 5 tahun. Kami hanya ingin lebih banyak berfikir tentang masa kecil yang bahagia. Dihabiskan dengan bermain dan tertawa. Bersyukur karena belum memikirkan masalah orang dewasa. Bersyukur karena mendapatkan pendidikan tentang anak-anak. Masih bisa mendengar lagu anak-anak. Masih bisa menonton siaran untuk anak-anak. Dan bermain permainan anak-anak.
Langganan:
Postingan (Atom)