Rabu, 27 Februari 2013

Dalam Kenangan Bram



I’m so lonely broken angel
 I’m so lonely listen to my heart

On n’ lonley, broken angel
Come n’ save me before i fall apart






Tidak bosan aku melihat mu, memandang wajahmu, senyummu, caramu tertawa, semuanya terasa indah, dan aku tidak akan pernah bosan.

Semua kenangan kita, tidak akan bisa ku hilangkan dari pikiranku, meskipun hanya fotomu yang saat ini ku pandang. Aku rindu padamu Bram, aku sungguh merindukanmu.

Aku mencoba memejamkan mata, tapi suara pintu yang terbuka membangunkanku.

“Sayang…kami pulang”

Suara Dani membawaku kembali ke alam nyata. Aku bangun dari khayalanku dan berdiri menatapnya. Sambil memeluk Jimmy anak kami, dia masih tertegun di depan pintu, melihatku yang tampak kacau, dengan lembaran-lembaran foto yang berserakan di mana-mana.

Aku merasa bersalah ??? tidak, saat ini pun aku masih bisa merasakan pelukan Bram, kelembutan Bram, cinta Bram, dan semua kenangan kami.

***

Kehidupan kami berjalan seperti biasa. Hidup dengan pikiran masing-masing.

Aku menatap ke jendela, melihat pohon-pohon yang ada di taman sambil menempelkan telapak tanganku pada kaca. Aku tau saat ini kau sedang berada di luar sana. Tapi aku juga tau, kau akan selalu menemaniku. 

Dani dan Jimmy sedang asyik bermain game di ruang keluarga. Aku tau saat ini Dani pasti memperhatikan ku. Aku bisa melihat pantulan wajahnya di kaca jendela yang saat ini ku tatap. Sesekali dia berbalik ke arahku, mungkin untuk memastikan apa aku masih ada di sini. Aku tidak tahu apa yang selama ini dia pikirkan. Dia sangat sabar dalam mengahadapiku. Tapi apa yang bisa ku lakukan???
Akhirnya aku memutuskan bergabung bersama mereka.

***

Hari –hari berlalu seperti biasa. Dan semakin lama waktu berputar, semakin sakit perasaanku. Kehidupan yang sudah ku jalani bertahun-tahun, belum pernah berubah sampai sekarang.

Semua kenangan tentangmu, tidak bisa ku hilangkan. Dan sekarang aku hanya bisa menangis. Menangisi perasaanku. Dinginnya pancuran air yang membasahiku, tidak sebanding dengan sakitnya hati ini.

“Kenapa kau tidak membawaku saja bersamamu Bram!!!”teriakku.

Apa dia tidak tahu bagaiman perasaanku selama ini.  Aku menjerit dan menangis di bawah guyuran shower. Aku tidak bisa begini terus. Aku punya keluarga. Aku punya suami dan anak. Hidup bersama suami yang tidak pernah lelah merawatku, meski cintaku bukan untuknya. Putraku yang tidak tahu apa-apa tentang orangtuanya. Rasanya tidak adil. Aku tidak bisa begini terus.

***

Aku berjalan keluar dari kamar mandi, melangkah menuju dapur. Dengan air mata yang masih mengalir, dan dengan kenanganmu.

Dani bersama Jimmy sedang mempersiapkan makan siang kami. Aku melewati mereka tanpa berpaling sedikitpun. Aku melangkah keluar menuju pintu, mengabaikan teguran Dani dan segala kata-katanya untuk menahanku. Tapi kali ini dia tidak bisa menahanku. Aku harus menyelesaikan semuanya.

Aku berjalan menuju mobil sambil memeluk diriku. Aku tidak bisa menyimpan semua ini sendiri.

Saat aku naik ke mobil, Dani berusaha mengejarku. Tapi terlambat, aku sudah meninggalkannya.

Sepanjang perjalanan hanya wajahmu yang ada di pikiranku. Mengapa kau meninggalkanku sendiri di sini. Dan hanya kenanganmu yang kau tinggalkan. Aku tidak lagi seperti dulu. Aku malaikat yang hancur. Aku tidak bisa menanggung ini sendiri.

Aku mengendarai mobil menuju jurang, lalu memrkirkannya. Aku melangkah keluar sambil membawa kotak kenangan kita. Ya…semua benda kenangan kita, dan semua foto tentang kita. Hanya ini yang ku punya darimu.

Aku berdiri di pinggir jurang terjal sambil tetap menangis. Aku membuka kotak yang berisi kenangan kita, kutatap pemandangan di bawah yang begitu curam. Dan kemudian, hal yang paling membuatku sakit, tapi aku tau, mungkin dengan cara ini aku bisa hidup dengan tenang.

Akhirnya, semua kenangan kita ku lepaskan dari tangan ku. Semua nya bertebaran terbawa angin. Jatuh di tempat-tempat dimana angin berhenti. Aku menangis melepaskan semua kenangan kita. Semua kenangan yang harus aku lupakan.

Dani datang menyusulku. Dia menutup tubuhku yang basah dengan jaketnya, kemudian memelukku yang masih tetap menangis di pinggir jurang.

Aku tidak bisa menyimpan semua ini sendiri Bram. Aku merasa tidak adil terhadap Dani yang selalu sabar menghadapiku. Mungkin ini jalan satu-satunya. Maaf bila aku membuang semua kenangan kita.

Selamat tinggal Bram. Selamat tinggal kenangan kita. Aku ingin kau bahagia di sana, tanpa terbebani dengan harus memikirkanku.
  


Tidak ada komentar:

Posting Komentar